Sudah berjanji tidak menulis yang berat-berat, alias pakai
mikir, tapi… Mata Najwa episode “Menatap yang Menata”, mengingatkan pada banyak
hal. Bukan masalah politik. Bukan. Tapi tentang bagaimana menyikapi keadaan.
Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, presdir 4 perusahaan PMA Jepang, meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan, penghasilan besar, karier yang
terjamin secara jangka panjang untuk kehidupan keluarganya, menjadi bupati.
Istrinya tidak setuju. Sebagai perempuan dan ibu, saya mengerti sekali. Dan
pada akhirnya, Bapak Nurdin ini berhasil membangun Bantaeng. Orang hebat,
ditempatkan dimana pun akan selalu jadi orang hebat.
Opening Mata Najwa: Kepemimpinan adalah keteledanan,
inspirasi yang sanggup menggerakkan. Kalau Cuma sibuk memberi perintah, lama-lama
bisa membuat gerah.
Ini juga berlaku untuk orangtua, yang juga pemimpin dalam
keluarga. Ibu yang memimpin anak-anaknya. Jadi orangtua yang menginspirasi dan memberi teladan jauh lebih lekat dalam ingatan. Seperti halnya saya mengingat Mamah yang
luar biasa mengatur rumah dan segala urusannya. Tanpa beliau harus ngomong
panjang lebar, saya bisa terus mengingatnya. Seperti halnya Bapa yang sering
mengajak saya jalan-jalan ke pasar beli
benang untuk produksi rajutan, beli obat untuk stok apotek, keliling ke
beberapa PBF. Tanpa beliau harus mendetail ini itu, saya belajar dari melihat
dan mengalami.
Mudah-mudahan saya bisa memberi teladan dan inspirasi pada
anak-anak juga, apapun itu bentuknya.
Jika jadi oranggtua yang cuma menyuruh-nyuruh, anak pun
takkan suka. Contoh: saya lagi duduk-duduk saja, terus nyuruh Mahnaz
beres-beres. Dia protes lho! “Naz ngga mau disuruh-suruh!”
Lain halnya kalau saya sedang sibuk ngerjain ini itu, saya
minta beres-beres, dia langsung gerak tanpa protes. Karena mungkin lihat
sendiri emaknya ini repot dan perlu bantuan. Memang benar, keteladanan itu
menggerakkan. Ibu yang ngomel sambil duduk-duduk leyeh-leyeh, ngedumel ini itu
ngga beres, takkan membuat tergerak untuk membantu, yang ada malah kesel.
Saya juga kadangkala bete sih, kalau kewalahan, atau kepala
sedang berat/pusing, anak-anak minta ini itu ngga habis-habis. Tapi… dengan
tahu ada orang-orang hebat di luar sana, mengingatkan kembali, bahwa tak
semestinya kesal karena hal-hal kecil. Ada yang lebih repot, ada yang lebih bisa berkarya walaupun sibuk
luar biasa. Banyak lah contohnya, jika rajin-rajin melihat-lihat. Bukan sekedar
memperkaya diri dengan gossip-gosip artis, berita kriminal, atau si ini
berantem sama si anu, atau si itu sudah punya apa, si itu sudah jalan-jalan
kemana. Pembicaraan seperti itu tak menghasilkan apapun, selain berujung ghibah
dan kedengkian.
0 komentar:
Post a Comment