Content

Wednesday, 12 March 2014

Reminder


Sudah berjanji tidak menulis yang berat-berat, alias pakai mikir, tapi… Mata Najwa episode “Menatap yang Menata”, mengingatkan pada banyak hal. Bukan masalah politik. Bukan. Tapi tentang bagaimana menyikapi keadaan.
Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, presdir 4 perusahaan PMA Jepang, meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan, penghasilan besar, karier yang terjamin secara jangka panjang untuk kehidupan keluarganya, menjadi bupati. Istrinya tidak setuju. Sebagai perempuan dan ibu, saya mengerti sekali. Dan pada akhirnya, Bapak Nurdin ini berhasil membangun Bantaeng. Orang hebat, ditempatkan dimana pun akan selalu jadi orang hebat.

Opening Mata Najwa: Kepemimpinan adalah keteledanan, inspirasi yang sanggup menggerakkan. Kalau Cuma sibuk memberi perintah, lama-lama bisa membuat gerah.
Ini juga berlaku untuk orangtua, yang juga pemimpin dalam keluarga. Ibu yang memimpin anak-anaknya. Jadi orangtua yang menginspirasi dan memberi teladan jauh lebih lekat dalam ingatan. Seperti halnya saya mengingat Mamah yang luar biasa mengatur rumah dan segala urusannya. Tanpa beliau harus ngomong panjang lebar, saya bisa terus mengingatnya. Seperti halnya Bapa yang sering mengajak saya jalan-jalan ke pasar  beli benang untuk produksi rajutan, beli obat untuk stok apotek, keliling ke beberapa PBF. Tanpa beliau harus mendetail ini itu, saya belajar dari melihat dan mengalami.

Mudah-mudahan saya bisa memberi teladan dan inspirasi pada anak-anak juga, apapun itu bentuknya.
Jika jadi oranggtua yang cuma menyuruh-nyuruh, anak pun takkan suka. Contoh: saya lagi duduk-duduk saja, terus nyuruh Mahnaz beres-beres. Dia protes lho! “Naz ngga mau disuruh-suruh!”
Lain halnya kalau saya sedang sibuk ngerjain ini itu, saya minta beres-beres, dia langsung gerak tanpa protes. Karena mungkin lihat sendiri emaknya ini repot dan perlu bantuan. Memang benar, keteladanan itu menggerakkan. Ibu yang ngomel sambil duduk-duduk leyeh-leyeh, ngedumel ini itu ngga beres, takkan membuat tergerak untuk membantu, yang ada malah kesel.


Saya juga kadangkala bete sih, kalau kewalahan, atau kepala sedang berat/pusing, anak-anak minta ini itu ngga habis-habis. Tapi… dengan tahu ada orang-orang hebat di luar sana, mengingatkan kembali, bahwa tak semestinya kesal karena hal-hal kecil.  Ada yang lebih repot,  ada yang lebih bisa berkarya walaupun sibuk luar biasa. Banyak lah contohnya, jika rajin-rajin melihat-lihat. Bukan sekedar memperkaya diri dengan gossip-gosip artis, berita kriminal, atau si ini berantem sama si anu, atau si itu sudah punya apa, si itu sudah jalan-jalan kemana. Pembicaraan seperti itu tak menghasilkan apapun, selain berujung ghibah dan kedengkian.

0 komentar:

Post a Comment

Labels

Behind The Web

Powered by Blogger.

Blogroll






Labels

AD (728x90)

Blogroll

Click List