Tak ada yang lebih membahagiakan sebagai orangtua selain melihat anak-anak ceria ya?
Mahnaz sedang hobi naik sepeda baru nya. Dia terus saja bolak-balik di depan rumah dengan sepedanya.
Salah satu yang ingin saya tanamkan untuk anak-anak, adalah bahwa kebahagiaan itu berawal dari kesyukuran. Maka ketika Mahnaz dengan sangat semangat menceritakan kegiatannya di sekolah hari itu atau sesuatu yang dia dapatkan dan membuatnya senang, saya menanggapi nya dengan: Alhamdulillah ya Teh?
Dan kadang ini tanpa saya sadari, Mahnaz memahaminya sebagai pola. Kalau ia makan, dan kebetulan masakan saya sesuai dengan selera nya (karena kadangkala ada beberapa masakan yang tidak dia suka juga) , ia akan memuji dan berterimakasih, saya juga menjawabnya dengan Alhamdulillah. Ketika satu kali saya cuma menanggapinya dengan senyum, dia mengingatkan: Alhamdulillah ya Bun?
Remeh dan sepele? Bagi saya hal ini penting, karena bukankah Allah berfirman:
la in syakartum la azidannakum
wa la in kafartum inna 'adzabi lasyadid(un)
(QS 14 Ibrahim ayat 7)
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabku sangat berat."
Untuk Mumtaz? Dengan ikut jemput Teteh nya di sekolah saja dia sudah senang, main ayunan sambil menunggu bubaran sekolah, lalu ketika melihat Tetehnya keluar kelas, matanya langsung berbinar dan melambaikan tangan memanggil Mahnaz.
It;s simple and heart warming....